Sabtu, 18 Februari 2017

Dongeng untuk anak

Di suatu desa pada zaman dahulu ada seorang anak bernama Irine. Ia dicintai oleh semua orang terlebih lagi Neneknya karena ia manis dan baik budi.


Ketika ia merayakan hari ulang tahunnya, sang Nenek memberikan Jubah Merah bertopi yang lucu. Ia amat bahagia dan menyukainya. Jubah itupun langsung dipakainya untuk berjalan-jalan.
Sahabat-sahabatnya seperti sapi, kucing, anjing, kagum pada jubah itu. Pada suatu hari seperti biasa ia ber- jalan-jalan di hutan untuk melihat bunga-bunga yang indah.
Jubah Merah melihat sekuntum bunga yang warnanya sangat menarik sehingga ia tertarik untuk memetiknya. “Bunga ini akan aku berikan pada Nenek, Nenek pasti senang,” serunya penuh kegirangan. Sambil memetik bunga-bunga itu ia bernyanyi-nyanyi kecil.
Tanpa ia sadari, ada bahaya sedang mengintai. Dari balik pohon yang tidak jauh dari tempat ia ber- diri, serigala jahat diam-diam ber- sembunyi dan membuka mulutnya lebar-lebar. “Sekarang aku makan kau,” dengan mata berkilap-kilap senang ia beranjak dari tempatnya.
Akan tetapi sebelah kakinya terjepit perangkap kelinci, tapi ia tidak menjerit. Sambil menahan rasa sakit ia menarik kakinya yang luka dari perangkap itu pelan-pelan.
Si Jubah Merah tidak mengetahui kejadian itu. Setelah memetik bunga, iapun meneruskan perjalanan.
Namun serigala tidak menyerah dengan otaknya yang licik, ia terus berpikir bagaimana cara memakan Jubah Merah.

” Nah, sebaiknya aku makan dulu Neneknya, baru Jubah Merah, ” ucapnya sambil tersenyum licik.
Dengan memotong jalan, serigala pergi ke rumah Nenek. Iapun lebih dulu tiba dari Jubah Merah. Kemudian iapun mengetuk pintu ….. ” Nenek, saya Jubah Merah,” ucapnya menirukan suara Irine.
Mendengar itu Nenek menjadi heran karena suara Jubah Merah tidak seperti biasanya. ” Kenapa suaramu berubah jadi aneh Jubah Merah” kata Nenek dengan penuh curiga.

” Saya sedang tidak enak badan, Nek ” jawab serigala.
Segera Nenek turun dari tempat tidur dan membukakan pintu.

Begitu pintu terbuka yang dilihatnya bukan Jubah Merah melainkan serigala yang sudah membuka mulutnya lebar-lebar. Nenek kaget dan ketakutan serta tidak bisa berbuat apa-apa. Saat itulah dengan cepat serigala menelan Nenek.
Setelah puas, lalu serigala memakai piyama Nenek dan naik ke tempat tidur serta menutup wajahnya dengan selimut, seperti sedang sakit.
Tak lama kemudian, serigala mendengar suara nyanyian dari Jubah Merah. Cepat-cepat ia mempersiapkan diri berpura-pura menjadi Nenek.


” Buka pintunya, Nek” seru Irine.
” Masuklah pintu tidak dikunci. Akhirnya kau datang juga, Nenek sudah lama menunggumu.” Mendengar suara Neneknya yang seperti itu ia menjadi heran.
” Nek, kok suaranya jadi aneh begitu ? ” tanya Jubah Merah penuh curiga.
” Iya, Nenek sedang masuk angin, jadinya serak ,” jawab Nenek palsunya.
” Kasihan Nenek, ini saya bawakan bunga yang indah “. Kemudian iapun meletakkan bunga di jambangan dan meletakkan kue serta apel di atas meja.
Si Jubah Merah sama sekali tidak mengetahui bahwa yang tidur dipembaringan itu adalah serigala jahat.

Ia pun berjalan mendekati Nenek, tapi ia sangat kaget dan heran melihat perubahan pada diri Nenek.

Telinga, mata, serta mulut Nenek menjadi besar. Karena tidak sabar lagi untuk memakan Jubah Merah, serigala melompat dari tempat tidur kemudian menerkam Irine.
Karena tidak menyangka kalau yang dihadapannya adalah serigala, iapun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia ingin lari tetapi badannya tidak bisa bergerak. Tanpa membuang kesempatan yang ada serigala langsung menelan Jubah Merah yang berdiri terpaku.
Di tempat lain yang tidak jauh dari rumah Nenek tampak seorang pemburu.

Ternyata ia sudah lama mengawasi rumah itu, karena mendengar suara ribut-ribut yang ditimbulkan serigala, iapun mendekati rumah Nenek dengan hati-hati dan mencari cara yang tepat untuk menolong Nenek dan Irine.
Sementara itu karena kenyang, serigala akhirnya mengantuk dan tertidur pulas.

Dengkuran serigala terdengar ke telinga pemburu. Zzz…. Zzz…. Tanpa membuang kesempatan emas itu, pemburu segera masuk ke rumah dan mendekati serigala.
Cepat-cepat dicarinya gunting yang besar dan kuat. Syukurlah Nenek dan Jubah Merah masih hidup di dalam perut serigala. Pemburu menggunting perut serigala yang sedang tidur dengan hati-hati. Tak lama kemudian, keluarlah Nenek dan Jubah Merah dari dalam perut serigala. Merekapun mengucapkan terima kasih pada pemburu.


Walaupun perutnya telah digunting serigala masih saja tidur. Kemudian mereka segera berunding untuk memutuskan hukuman apa yang cocok untuk serigala.
Akhirnya mereka memutuskan untuk memasukkan seratus batu ke dalam perut serigala yang terbuka. Satu-persatu batu-batu itu dimasukkan kedalam perut serigala. Setelah itu, Nenek mengambil benang dan jarum dan menjahit perut serigala. Kemudian setelah semuanya rapih, mereka sembunyi di balik pohon di belakang rumah sambil menunggu serigala bangun.
Beberapa saat kemudian serigala bangun dari tidurnya. Ia ingin bangun tapi tidak bisa karena perutnya berat sekali.

” Oohhh… kenapa perutku jadi berat begini, apa karena aku makan dua orang ? “
” Oohhh.., kering sekali tenggorokkanku, rasanya aku haus sekali. “
Ia berjalan terhuyung-huyung menuju sumur batu sambil memegangi perutnya, tanpa menyadari jika di dalam perutnya sudah berisi seratus batu.
Lalu serigala menjulurkan badannya ke sumur untuk minum. Karena perutnya penuh batu akhirnya, ia jatuh ke dalam sumur dan tenggelam . Melihat itu mereka bersorak kegirangan.
Kemudian mereka bertiga mengadakan pesta kecil. Nenek menyediakan buah-buahan lezat dan kue buatannya. Tawa dan canda mereka mewarnai suasana di sore itu dan mereka melewatkan saat-saat bahagia bersama.
Tidak terasa hari telah gelap dan tibalah waktunya pulang. Nenek mengisi keranjang jubah merah dengan buah anggur untuk oleh-oleh. Nenekpun berpesan pada Jubah Merah, agar hati-hati dengan orang yang tidak dikenal.

Jubah Merah akhirnya pulang dengan gembira ditemani sang pemburu dan anjingnya.

2. DONGENG CINDERELLA PUTRI YANG CANTIK 

Di sebuah kerajaan, tinggalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu dan kedua kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia. Di rumah tersebut ia selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi makan satu kali sehari oleh ibu tirinya. Kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya “Cinderella”. Cinderella artinya gadis yang kotor dan penuh dengan debu. “Nama yang cocok buatmu!” kata mereka.
Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan pesta dari Istana. 

“Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira”, kata mereka. 

Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderella mulai berdandan dengan gembira. Cinderella sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana. “Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?”, kata kakak Cinderella.
Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderella kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal. 
“Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi” 
Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. “Cinderella, berhentilah menangis.” 
Ketika Cinderella berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum dengan ramah. “Cinderella bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal.” Setelah semuanya dikumpulkan Cinderella, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. 

“Sim salabim!” sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir, Cinderella berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah.
Karena gembiranya, Cinderella mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti kupu-kupu. Peri berkata,”Cinderella, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam. 

“Ya Nek. Terimakasih,” jawab Cinderella. 

Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderella menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderella. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderella. “Cantiknya putrid itu! Putri dari negara mana ya ?” Tanya mereka. 
Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderella. “Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?” katanya. 

“Ya…,” kata Cinderella sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderella yang berada di situ tidak menyangka kalau putri yang cantik itu adalah Cinderella.
Pangeran terus berdansa dengan Cinderella. 

“Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini,” kata sang Pangeran. 

Karena bahagianya, Cinderella lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. 

“Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,”. Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. 

Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderella tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderella, tetapi ia kehilangan jejak Cinderella. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderella. Pangeran mengambil sepatu itu. 

“Aku akan mencarimu,” katanya bertekad dalam hati. 

Meskipun Cinderella kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi ke pesta. Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderella. 

“Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini,” kata para pengawal. 

Kedua kakak Cinderella mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderella. 

“Hai kamu, cobalah sepatu ini,” katanya. Ibu tiri Cinderella menjadi marah,” tidak akan cocok dengan anak ini!”. 

Kemudian Cinderella menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. 

“Ah! Andalah Putri itu,” seru pengawal gembira. “Cinderella, selamat..,” Cinderella menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. “Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.,” katanya.
Begitu peri membaca mantranya, Cinderella berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun pengantin. 

“Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali”, kata sang peri. Cinderella diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderella menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia.

DONGENG PANGERAN KODOK 

Pada jaman dahulu kala, ketika saat itu dengan mengharapkan sesuatu, hal itu dapat terwujud, ada seorang Raja yang mempunyai putri-putri yang sangat cantik jelita, dan putrinya yang termuda begitu cantiknya sehingga matahari sendiri yang melihat kecantikan putri termuda itu menjadi ragu-ragu untuk bersinar. Di dekat istana tersebut terletak hutan kayu yang gelap dan rimbun, dan di hutan tersebut, di bawah sebuah pohon tua yang mempunyai daun-daun berbentuk hati, terletak sebuah sumur; dan ketika cuaca panas, putri Raja yang termuda sering ke hutan tersebut untuk duduk di tepi sumur yang dingin, dan jika waktu terasa panjang dan membosankan, dia akan mengeluarkan bola yang terbuat dari emas, melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali, hal ini menjadi hiburan putri raja untuk melewatkan waktu.
Suatu ketika, bola emas itu dimainkan dan dilempar-lemparkan keatas, bola emas itu tergelincir dari tangan putri Raja dan terjatuh di tanah dekat sumur lalu terguling masuk ke dalam sumur tersebut. Mata putri raja hanya bisa memandangi bola tersebut meluncur kedalam sumur yang dalam, begitu dalamnya hingga dasar sumur tidak kelihatan lagi. Putri raja tersebut mulai menangis, dan terus menangis seolah-olah tidak ada yang bisa menghiburnya lagi. Di tengah-tengah tangisannya dia mendengarkan satu suara yang berkata kepadanya,
"Apa yang membuat kamu begitu sedih, sang Putri? air matamu dapat melelehkan hati yang terbuat dari batu."
Dan ketika putri raja tersebut melihat darimana sumber suara tersebut berasal, tidak ada seseorangpun yang kelihatan, hanya seekor kodok yang menjulurkan kepala besarnya yang jelek keluar dari air.
"Oh, kamukah yang berbicara?" kata sang putri; "Saya menangis karena bola emas saya tergelincir dan jatuh kedalam sumur."
"Jangan kuatir, jangan menangis," jawab sang kodok, "Saya bisa menolong kamu; tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada saya apabila saya dapat mengambil bola emas tersebut?"
"Apapun yang kamu inginkan," katanya; "pakaian, mutiara dan perhiasan manapun yang kamu mau, ataupun mahkota emas yang saya pakai ini."
"Pakaian, mutiara, perhiasan dan mahkota emas mu bukanlah untuk saya," jawab sang kodok; "Bila saja kamu menyukaiku, dan menganggap saya sebagai teman bermain, dan membiarkan saya duduk di mejamu, dan makan dari piringmu, dan minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu, - jika kamu berjanji akan melakukan semua ini, saya akan menyelam ke bawah sumur dan mengambilkan bola emas tersebut untuk kamu."
"Ya tentu," jawab sang putri raja; "Saya berjanji akan melakukan semua yang kamu minta jika kamu mau mengambilkan bola emas ku."
Tetapi putri raja tersebut berpikir,  "Omong kosong apa yang dikatakan oleh kodok ini! seolah-olah sang kodok ini bisa melakukan apa yang dimintanya selain berkoak-koak dengan kodok lain, bagaimana dia bisa menjadi pendamping seseorang."
Tetapi kodok tersebut, begitu mendengar sang putri mengucapkan janjinya, menarik kepalanya masuk kembali ke dalam air dan mulai menyelam turun, setelah beberapa saat dia kembali kepermukaan dengan bola emas pada mulutnya dan melemparkannya ke atas rumput.
Putri raja menjadi sangat senang melihat mainannya kembali, dan dia mengambilnya dengan cepat dan lari menjauh.
"Berhenti, berhenti!" teriak sang kodok; "bawalah aku pergi juga, saya tidak dapat lari secepat kamu!"
Tetapi hal itu tidak berguna karena sang putri itu tidak mau mendengarkannya dan mempercepat larinya pulang ke rumah, dan dengan cepat melupakan kejadian dengan sang kodok, yang masuk kembali ke dalam sumur.
Hari berikutnya, ketika putri Raja sedang duduk di meja makan dan makan bersama Raja dan menteri-menterinya di piring emasnya, terdengar suara sesuatu yang meloncat-loncat di tangga, dan kemudian terdengar suara ketukan di pintu dan sebuah suara yang berkata "Putri raja yang termuda, biarkanlah saya masuk!"
Putri Raja yang termuda itu kemudian berjalan ke pintu dan membuka pintu tersebut, ketika dia melihat seekor kodok yang duduk di luar, dia menutup pintu tersebut kembali dengan cepat dan tergesa-gesa duduk kembali di kursinya dengan perasaan gelisah. Raja yang menyadari perubahan tersebut berkata,
"Anakku, apa yang kamu takutkan? apakah ada raksasa berdiri di luar pintu dan siap untuk membawa kamu pergi?"
"Oh.. tidak," jawabnya; "tidak ada raksasa, hanya kodok jelek."
"Dan apa yang kodok itu minta?" tanya sang Raja.
"Oh papa," jawabnya, "ketika saya sedang duduk di sumur kemarin dan bermain dengan bola emas, bola tersebut tergelincir jatuh ke dalam sumur, dan ketika saya menangis karena kehilangan bola emas itu, seekor kodok datang dan berjanji untuk mengambilkan bola tersebut dengan syarat bahwa saya akan membiarkannya menemaniku, tetapi saya berpikir bahwa dia tidak mungkin meninggalkan air dan mendatangiku; sekarang dia berada di luar pintu, dan ingin datang kepadaku."
Dan kemudian mereka semua mendengar kembali ketukan kedua di pintu dan berkata,
"Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untuk saya!, Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku? Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untukku!"
"Apa yang pernah kamu janjikan harus kamu penuhi," kata sang Raja; "sekarang biarkanlah dia masuk."
Ketika dia membuka pintu, kodok tersebut melompat masuk, mengikutinya terus hingga putri tersebut duduk kembali di kursinya. Kemudian dia berhenti dan memohon, "Angkatlah saya supaya saya bisa duduk denganmu."
Tetapi putri Raja tidak memperdulikan kodok tersebut sampai sang Raja memerintahkannya kembali. Ketika sang kodok sudah duduk di kursi, dia meminta agar dia dinaikkan di atas meja, dan disana dia berkata lagi,
"Sekarang bisakah kamu menarik piring makanmu lebih dekat, agar kita bisa makan bersama."
Dan putri Raja tersebut melakukan apa yang diminta oleh sang kodok, tetapi semua dapat melihat bahwa putri tersebut hanya terpaksa melakukannya.
"Saya merasa cukup sekarang," kata sang kodok pada akhirnya, "dan saya merasa sangat lelah, kamu harus membawa saya ke kamarmu, saya akan tidur di ranjangmu."
Kemudian putri Raja tersebut mulai menangis membayangkan kodok yang dingin tersebut tidur di tempat tidurnya yang bersih. Sekarang sang Raja dengan marah berkata kepada putrinya,
"Kamu adalah putri Raja dan apa yang kamu janjikan harus kamu penuhi."
Sekarang putri Raja mengangkat kodok tersebut dengan tangannya, membawanya ke kamarnya di lantai atas dan menaruhnya di sudut kamar, dan ketika sang putri mulai berbaring untuk tidur, kodok tersebut datang dan berkata, "Saya sekarang lelah dan ingin tidur seperti kamu, angkatlah saya keatas ranjangmu, atau saya akan melaporkannya kepada ayahmu."
Putri raja tersebut menjadi sangat marah, mengangkat kodok tersebut keatas dan melemparkannya ke dinding sambil menangis,
"Diamlah kamu kodok jelek!"
Tetapi ketika kodok tersebut jatuh ke lantai, dia berubah dari kodok menjadi seseorang pangeran yang sangat tampan. Saat itu juga pangeran tersebut menceritakan semua kejadian yang dialami, bagaimana seorang penyihir telah membuat kutukan kepada pangeran tersebut, dan tidak ada yang bisa melepaskan kutukan tersebut kecuali sang putri yang telah di takdirkan untuk bersama-sama memerintah di kerajaannya.
Dengan persetujuan Raja, mereka berdua dinikahkan dan saat itu datanglah sebuah kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan diiringi oleh Henry pelayan setia sang Pangeran untuk membawa sang Putri dan sang Pangeran ke kerajaannya sendiri. Ketika kereta tersebut mulai berjalan membawa keduanya, sang Pangeran mendengarkan suara seperti ada yang patah di belakang kereta. Saat itu sang Pangeran langsung berkata kepada Henry pelayan setia, "Henry, roda kereta mungkin patah!", tetapi Henry menjawab, "Roda kereta tidak patah, hanya ikatan rantai yang mengikat hatiku yang patah, akhirnya saya bisa terbebas dari ikatan ini".

Ternyata Henry pelayan setia telah mengikat hatinya dengan rantai saat sang Pangeran dikutuk menjadi kodok agar dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh sang Pangeran, dan sekarang rantai tersebut telah terputus karena hatinya sangat berbahagia melihat sang Pangeran terbebas dari kutukan.




http://dongengadalahcerita.blogspot.co.id/2015/06/100-dongeng-anak-sebelum-tidur.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar